Koleksi pensil mekanik

Saya suka menulis. Menulis dengan tangan maksud saya, bukan mengetik. Bila menulis, saya suka dengan buku tulis yang polos, atau titik-titik, dengan pensil sebagai alat tulis.

Pensil saya pilih untuk menulis, karena tidak perlu pusing bila macet dan tidak keluar tinta. Untuk alasan yang sama, saya memilih pensil mekanik, atau pensil cetekan, karena tidak perlu pusing meraut bila ujungnya sudah tidak tajam.

Pensil yang saya pakai sekarang, 2025, adalah pensil yang sama dengan yang saya pakai ketika masuk SMA. Merupakan hadiah dari bapak saya, karena saya bisa masuk ke SMA Negeri terbaik di kota saya. Saya masih sekolah dengan produk nilai, bukan dengan jarak rumah.

Sebuah pensil, dengan warna hitam legam, dengan sedikit aksen cincin merah, tulisan mereknya sudah pudar sama sekali, masih terlihat beberapa bekas titik-titik merah yang mulai hilang. Beratnya lumayan untuk sebuah pensil, karena terbuat dari logam. Uniknya, badan pensilnya berbentuk segi enam, hanya ujungnya yang bulat dengan tekstur kasar, untuk mencegah licin bila dipakai untuk menulis.

Itu adalah Rotring 600, buatan Jerman, katanya. 20 Tahun lebih saya gunakan untuk menulis tanpa sekalipun mengecewakan. Hanya warna hitamnya sudah mulai luntur berganti dengan warna kuningan. Pensilnya biasa saja tidak ada yang aneh. Ujung pensil, atau sleeve juga tidak bisa masuk otomatis, tidak secanggih pensil-pensil mekanik lain. Tapi justru kesederhanan itu yang membuatny awet sampai sekarang.

Sejak saya punya pensil rotring 600, saya jadi kolektor pensil mekanik, atau cetikan. Tentu saja saya punya kriteria agar pensil mekanik bisa saya koleksi. Bodynya harus terbuat dari logam, tidak ada plastik.

Saya suka mengamati desain pensil, dan mengamati bagaimana sebuah pensil di rekayasa sedemikian rupa untuk berbagai keperluan. Setiap rekayasa selalu ada tujuannya. Walaupun ada juga pensil koleksi saya yang biasa saja, tidak punya fitur mekanik tambahan.

Jepang adalah negara produsen pensil mekanik dengan berbagai macam rekayasa, untuk mengatasi masalah-masalah pengguna pensil mekanik. Masing-masing merek punya ide rekayasa yang unik.

Berikut koleksi pensil mekanik saya

Rotring 600, pensil mekanik pertama yang saya punya. Sangat durable dan bisa di andalkan. Bentuk body hexagonal, mencegah menggelinding dari meja. Berat, tapi sangat stabil dan tidak membuat lelah tangan

Kuru Toga Metal, pensil mekanik paling canggih menurut saya. Ada mekanik untuk membuat ujung pensil selalu tajam, dengan cara berputar secara otomatis ketika mulai menulis, tidak hanya habis sebelah, seperti pensil mekanaik lain

Kaweco Special, pensil mekanik dengan disain konvensional, bentuknya agak gemuk, body segi delapan. Tidak ada klip untuk kantong. Sangat nyaman untuk menulis. Hanya saja harganya yang mahal, dan paket pembelian mendapatkan casing vintage, membuat saya menyimpan sebagai koleksi saja.

Ohto Minimo, pensil yang unik menurut saya, bentuknya kecil, dan tidak nyaman untuk saya pegang. Tidak ada fitur aneh-aneh. Hanya kecil dan panjangnya seukuran kartunama saja.

Kuru Toga Dive, pensil mekanik termahal yang saya miliki. Kalau ada istrilah over engineered, Dive ini layak mendapatkan pensil paling over engineered