Apakah saya psikopat ?

Pagi ini membuka Substack, dan di timeline teratas ada sebuah posting menarik. Entah kenapa secara random bisa muncul.

“I saw a guy today at Starbucks. He had no smartphone, tablet or laptop. He just sat there drinking his coffee. Like a psychopath” – Bryan Kramer

Menyadarkan saya, bahwa mungkin saya adalah termasuk psikopat itu. Karena sering kali saya hanya duduk di sebuah kedai kopi, tanpa membawa handphone, tablet atau laptop di meja.

Sering kali semua gadget tersimpan rapi di dalam tas, yang tidak saya sentuh, atau saya tinggalkan begitu saja di mobil.

Kadang-kadang hanya buku tulis, pensil atau bolpoin saja. Itupun hanya sesekali saja, kalau memang perlu.

Tapi yang paling sering adalah, saya menikmati kopi tanpa membawa gadget apapun. Hanya diam, menyeruput kopi americano tanpa gula. Bisa hangat, bisa dengan es, tergantung situasi dan mood.

Minum kopi di kedai kopi, adalah sangat personal buat saya.

Itu adalah waktu dimana saya bisa sendirian saja, tanpa perlu menjauh, dan mengasingkan diri.

Cukup dengan mengecilkan suara dering hp, mematikan notifikasi, atau bahkan hanya menyimpannya didalam tas.

Ketika meminum kopi, saya merasa punya waktu, waktu di mana saya bisa berpikir lebih dalam tentang sesuatu.

Walaupun kadang kadang saya hanya berpikir tentang warna cangkir berwarna merah di luar, tapi putih di dalam, yang kontras dengan warna kopi.

Kenapa tidak merah semua, atau putih semua, apa alasan pembuatnya memilih warna, dari apa warna merah dan putih itu, berapa lama cangkir ini dibuat, dan begitu banyak pertanyaan pertanyaan seperti itu di kepala saya.

Saya tidak tahu, apakah postingan itu adalah sebuah satir, atau bukan.

Satir kepada orang-orang yang selalu sibuk dengan gadget, yang selalu ketakutan ketinggalan sesuatu, selalu ketakutan terhadap identitas dan eksistensi mereka.

Kepada orang-orang yang takut dikucilkan, karena tertinggal informasi, atau ketakutan karena orang lain memiliki informasi dan sesuatu yang lebih banyak, lebih baru, lebih update.

Atau mungkin itu bukan satir, tapi memang benar. Memang benar bahwa orang yang hanya duduk di kedai kopi, tanpa gadget adalah seorang psikopat.

Yang jelas hal itu sering saya lakukan. Menikmati kopi, tanpa gadget, tanpa notif handphone, tanpa pekerjaan, tanpa teman, hanya sendiri saja.

Tidak berbicara, hanya berpikir sendiri, tapi lebih sering kosong, bertanya tanya tentang rasa kopi yang memenuhi rongga mulut, membanjiri indera pengecap.

Memerintahkan pikiran saya untuk merespon hidung dan lidah saya, untuk mencari rasa-rasa yang muncul pada setiap seruputan kopi, rasa dan aroma kopi.

Walaupun sebenarnya saya hanya bisa merasakan dua rasa saja pada sebuah kopi.

Tidak seperti para ahli kopi yang tersertifikasi, saya hanya bisa merasakan rasa enak, dan lebih enak.

Begitulah saya memilih untuk tenggelam dalam pikiran sendiri, dari mana biji kopi di gelas berasal, bagaimana ia bisa datang dari tempat jauh, bagaimana ia di masak, sampai ke meja saya.

Saya lebih tertarik memikirkan hal-hal seperti itu, daripada memikirkan kesibukan-kesibukan yang pasti muncul lagi, setelah kopi di gelas saya habis, dan saya keluar dari pintu kedai kopi.

Saya juga tidak ingin waktu sendiri saya yang singkat, diambil alih oleh layar gadget. Hampir 12 jam, bahkan mungkin 24 jam, gadget mengambil perhatian dan waktu, biarlah barang satu dua jam saja, saya mempunyai waktu sendiri.

Mengerikan membayangkan begitu banyak waktu yang di ambil oleh gadget, buatan manusia ini. Fungsi panca indera seolah dikurangi, pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, bahkan pengecapan.

Berapa banyak orang teralihkan pengelihatannya, tidak mampu melihat sekeliling, hanya karena lebih sering melihat layar gadget.

Berapa sering sebuah pembicaraan di sambung dengan “hah apa ? bagaimana tadi ?”, gara-gara kita kehilangan kemampuan untuk mendengar dan menyimak lawan bicara di depan kita, karena perhatian ke gadget, menulikan pendengaran

Bahkan sekarang, lidah sudah tidak lagi mampu menikmati makanan enak, kita lebih sering makan dengan melihat gadget, tanpa pikiran, seperti robot, tanpa peduli rasa makanan.

Nah, saya tidak ingin gadget mengambil alih hidup saya lebih jauh. Biarlah waktu 2 jam ini, saya mengambil alih waktu dari gadget dan pekerjaan untuk hidup saya sendiri.

Mempelajari misteri manusia pada diri sendiri.

Apakah saya psikopat ? entahlah yang jelas ketika keluar dari kafe ini, saya masih punya rasa empati, saya masih bisa merasakan kecemasan, ketakutan, kekuatiran orang lain.