Seharusnya manusia pakai baju, sebagai kebutuhan dasar, tapi sekarang yang kita pakai adalah merek, gengsi, dan pengakuan.
Kita sudah tidak lagi menuruti kenyamanan, sekarang kita menuruti selera yang bahkan bukan kita yang membuat.
Baju dan semua yang melekat pada badan, semua kita pakai berdasar pengaruh media sosial.
Memakai baju sudah bukan kebutuhan dasar sekarang ini, tapi sudah jadi cara untuk bertahan hidup di jaman digital.
Saat ini yang di kejar adalah pengakuan, validasi, keamanan estetika, dan emosi lingkungan.
Kebenaran sudah bukan hal yang di cari, tapi pengakuan dari teman, pengikut, dan orang-orang yang bahkan kita tidak kenal.
Semuanya adalah untuk bertahan. Sesuatu yang terasa nyaman untuk bertahan.
Industri menyadari ini, mereka berhenti menjual produk, tapi yang mereka jual adalah keterikatan emosi, dan perasaan setelah menggunakan produk produk mereka.
Kita tidak membeli jam tangan, yang kita beli adalah validasi, kita juga punya barang itu.
Kita tidak membeli telepon genggam, yang kita beli adalah pengakuan bahwa kita juga mampu membelinya.
Kita tidak membeli sepatu lari, yang kita beli adalah perhatian dari orang lain.
Kita tidak beli baju, yang kita beli adalah kenyamanan dibawah kapitalisme, merek lebih berkuasa.
Kita tidak beli skincare, yang kita beli adalah perasaan ingkar, tidak apa-apa menangis dan sakit, asalkan wajah tetap bercahaya.
Ini diperparah oleh para penggiat media sosial, atau influencer. Mereka tidak lagi memberikan influence, yang mereka berikan adalah vibes, kesan, suasana hati, emosi dan energi.
Ketika realitas sudah tidak ada, vibes adalah sesuatu terdekat yang menjadi identitas kita.
Ketika kita membuka identitas untuk vibes, maka kita memberikan potongan jiwa kita kepada algoritma.
Algoritma akan memakai potongan-potongan itu untuk memenuhi kekosongan kekosongan pada jiwa jiwa yang lain.
Ini bukan tentang cara berpakaian, bukan tentang gadget, ini tentang siapa yang mendisain kita.
Kita manusia, tidak sempurna, punya perasaan, tapi nyata dan ada.
Kita bisa, berhak dan berdaulat untuk menentukan apa yang kita pakai.
Semua tergantung pilihan, apakah kita mendisain sesuai dengan apa yang kita temukan sepanjang perjalanan, atau kita mendisain berdasarkan gambar orang lain.
Dan tidak ada industri, influencer atau vibes manapun yang bisa mengalahkan itu.