Bosan

Saya berdiri di antrian sebuah bank milik negara.

Bank ini adalah satu-satunya bank di kota kecamatan ini.

Hari ini adalah awal bulan, yang merupakan puncak kesibukan aktifitas bank.

Saya memperhatikan, hampir setiap orang menghabiskan waktu untuk memperhatikan handphone ditangan mereka. Kepala mereka tertunduk, tangannya sibuk.

Sedangkan saya, hanya berdiri sambil sesekali memperhatikan mereka yang berbaris menunggu giliran. Tanpa menyentuh handphone, tanpa menyentuh gadget apapun. Hanya diam menunggu.

Saya sengaja membuat diri saya berada dalam kebosanan.
Karena dalam ketika bosan, menurut beberapa ahli neurosains, otak berada dalam kondisi istirahat.

Dalam kondisi istirahat, otak akan mengkonsolidasi informasi, akan membuat hubungan hubungan, yang akan dipakai untuk menyelesaikan masalah.

Dalam kebosanan, otak berada dalam keadaan seperti melamun, berkhayal, berpikir tentang masa lalu, berpikir tentang masa depan, mencari perspektif, dan kegiatan kreatif lain.

Manusia sudah semakin kehilangan kemampuan untuk merasa bosan.

Tanpa rasa bosan, kita akan semakin sulit untuk mempertanyakan dan mencari arti hidup, kita akan merasa kosong, dan akhirnya akan menuju kedalam kecemasan dan depresi.

Rasa bosan itu memang tidak nyaman, tapi kita harus kembali berlatih untuk mengalami kebosanan, karena dengan rasa bosan kita mulai belajar untuk menggali dan mempertanyakan pertanyaan terbesar, yaitu tujuan hidup dan arti hidup kita untuk kita sendiri dan orang lain.