AI vs Manusia
Tulisan AI Sempurna tapi tidak autentik
Tulisan manusia autentik tapi sering tidak sempurna
Sering kita mengejar kesempurnaan, dan membuat segala sesuatu menjadi terhambat.
Tulisan tidak segera di kirimkan, hanya dengan alasan menunggu sempurna. Pekerjaan menumpuk hanya karena menunggu satu pekerjana menjadi perfek.
Edit, koreksi, dan semua usaha memoles kalimat menjadi sempurna, lebih terasa justru menyembunyikan kekurangan, bukan membantu orang lain dengan karya karya kita.
Kesempurnaan sebenarnya hanya sebuah baju, sedangkan autentik adalah manusia yang memakai baju itu.
Kesempurnaan membuat karya kita tidak ada yang salah, tulisan yang bagus, lukisan yang menarik, atau konten yang bagus.
Tapi itu membuat kita kecil, semua sebenarnya adalah kosmetik mengatas namakan estetik.
Kita harus sepakat, bahwa autentik bukan berarti meninggalkan hasil yang berkualitas, atau skill dan ketrampilan yang tinggi untuk mengerjakan sesuatu.
Tapi dari pada melakukan penyempurnaan untuk menyembunyikan kekurangan, lebih baik melakukan perubahan untuk memperjelas apa yang di maksud, untuk mempertajam ekspresi.
Kesempurnaan akan menghindarkan kita dari kririk, tapi karya yang autentik akan membuat hubungan hubungan dengan orang lain.
Komentar-komentar kritis, akan menimbulkan interaksi dengan pembaca, atau penikmat karya kita.
Sehingga karya atau pekerjaan kita tidak hanya semakin baik, tapi akan menjadi benar-benar milik kita.
Memang kalau mau sempurna pakai AI, tapi kalau autentik, buat sendiri karya kita.