Memori kerja otak

Saya berada di sebuah warung kopi kekinian yang ada di pusat kota.
Kebetulan saya duduk persis di samping pintu dan posisi duduk saya benar-benar menghadap pintu.

Di pintu dengan jelas terdapat tulisan Tarik / Pull dan Dorong / Push, dalam dua bahasa dengan tulisan cukup besar.

Tidak seperti umumnya, karena keterbatasan tempat, pintu cafe ini tidak bisa bebas terbuka dari dua arah, tapi hanya bisa dibuka dengan mudah dari luar ke dalam, dan dari dalam ke dalam. Artinya lebih pintu di rancang untuk terbuka ke arah dalam, dan pemilik cafe sudah memberikan petunjuk dengan jelas.

Pengunjung masuk memesan kopi, lalu keluar setelah pesanan selesai, atau sekedar mencari tempat duduk sambil menunggu nama mereka dipanggil untuk mengambil pesanannya.

Kesibukan saya teralihkan oleh banyaknya orang yang kesulitan membuka pintu, bukan karena apa-apa, tapi karena mereka salah arah membukanya padahal tulisan petunjuk itu sangat jelas terpampang.

Beberapa orang yang salah membuka pintu, saya amati, segera sadar ketika kesulitan mendorong pintu dari dalam, mereka akan berhenti sejenak, membaca tulisan di pintu, kemudian mereka akan menarik pintu itu, karena begitulah pintu itu dirancang untuk terbuka.

Tapi tidak sedikit mereka yang tetap mendorong walaupun kesulitan, bahkan ada beberapa yang memaksa meloloskan badannya di celah pintu yang terbuka.

Sign blindness atau buta tanda, lebih pada masalah bagaimana otak mengolah informasi daripada sekedar masalah pengelihatan.

Bukan pula masalah kebiasaan, karena saya yakin, pintu-pintu rumah di Indonesia, lebih banyak yang terbuka ke arah dalam, sesuai dengan kondisi pintu cafe itu.

Dalam kasus ini, ada kondisi psikologis yang disebut inattentional blindness atau kebutaan inatensi, dimana seseorang gagal menyadari sesuatu yang secara jelas nampak karena perhatian teralihkan ke hal atau tempat lain. Kondisi ini menjelaskan keterbatasan fungsi perhatian otak manusia, yang tidak siap mengolah informasi baru yang tidak terduga, walaupun nampak di depan mata.

Manusia hanya menyadari sebagian kecil informasi disekitarnya, dan otak berfungsi sebagai filter untuk hal-hal yang tidak di harapkan atau inginkan.

Pada saat kondisi tertekan, sedang berbicara, memikirkan sesuatu, atau hal yang menyita perhatian, seperti memperhatikan telepon genggam, memikirkan pekerjaan, membuat memori kerja otak menjadi penuh, tidak ada lagi kapasitas mental untuk memproses instruksi dari tanda yang ada di pintu.

Memori kerja adalah kemampuan otak untuk mengolah informasi sementara, yang berguna untuk tugas kognitif seperti pemahaman dan penalaran. Mata dan telinga sangat berperan dalam mengolah informasi ini. Itu sebabnya jika memori kerja ini overload, informasi visual dan audio seperti diabaikan.

Percobaan yang paling terkenal untuk fenomena ini, adalah video tentang bola basket dan gorila. Dimana penonton diminta menghitung jumlah pantulan bola basket, dan gagal menyadari kehadiran seorang berkostum gorila.

Saya mengamati, beberapa orang yang gagal menyadari tulisan petunjuk di pintu, biasanya mereka sedang mengobrol dengan temannya, atau sibuk memperhatikan handphonenya.

Ini baru masalah pintu, bagaimana dengan masalah berkendaraan di jalan? Dulu di angkutan umum, masih sering dijumpai peringatan “Dilarang berbicara kepada sopir”, tapi sekarang sudah jarang, karena sering kali sopir sudah sibuk dengan telpon genggamnya.

Bahkan pengendara motorpun sama, mereka sering kali lebih memperhatikan hpnya daripada konsentrasi untuk mengemudi.

Peringatan dilarang menggunakan hp di spbu, sebenarnya bukan karena berbahaya akibat hp, tapi ditujukan agar konsumen tetap memperhatikan proses pengisian bahan bakar sampai selesai, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.