Memilih pasangan, adalah hal yang wajar dilakukan manusia. Proses ini biasanya berjalan secara alami, dengan interaksi sosial yang dimiliki oleh masing-masing manusia.
Tapi dalam sebuah model matematika bisa digunakan untuk memilih pasangan, dan adalah salah satu problem klasik dalam dunia matematika.
Dalam dunia matematika memilih pasangan dikenal juga dengan marriage problem, best choice problem, optimal stopping problem, atau biasanya dikenal sebagai problem memilih sekretaris, atau secretary problem
Problem memilih pasangan ini, melibatkan teori teori matematika kompleks, seperti probabilitas, dan optimal stopping.
Dalam teori tentang memilih pasangan, masalah terpenting bukan terletak pada pilihan mana yang diambil, tapi berapa banyak pilihan yang dipertimbangkan.
Bayangkan jika kita punya sejumlah sejumlah calon pasangan, dan kita temui, kita ajak makan, atau berkencan, secara acak. Dan masing-masing orang yang kita temui, kita buat penilaian dan diurutkan berdasar rangking.
Kemudian setelah berkencan, kita harus segera memutuskan, apakah segera melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, atau pernikahan, dengan konsekuensi proses berhenti sampai disitu. Atau kita tidak melanjutkan, dan melupakan calon pasangan tersebut.
Tujuan proses ini adalah memaksimalkan probabilitas untuk mendapatkan calon pasangan terbaik dari sekian banyak calon pasangan.
Secara matematis, strategi yang optimal untuk proses ini, adalah dengan menolak sejumlah calon T, dan menggunakannya untuk fase pengamatan dan untuk perbandingan.
Kemudian, memilih calon pasangan pertama yang paling baik dibandingkan mereka yang sudah ditolak sebelumnya.
Dalam problem memilih sekretaris, terdapat nilai optimal untuk jumlah calon yang masuk dalam fase pengamatan, yaitu sekitar 37% dari jumlah total calon.
Rumusnya diturunkan dari

dimana :
T adalah jumlah kandidat yang ditolak atau diamati
n adalah jumlah kandidat dan
e adalah bilangan euler mendekati 2.7183
37% ini adalah jumlah paling optimal sebelum memilih calon sebenarnya.
Artinya jika kita memilih terlalu cepat, kurang dari 37% jumlah calon, maka bisa jadi calon terbaik belum di temukan, namun jika memilih terlambat, kemungkinan calon terbaik kemungkinan sudah terlewatkan.
Artinya nilai 37%, dalam prakteknya adalah, amati 37% calon pertama tanpa memilih, kemudian pilih satu begitu mendapatkan yang lebih baik dari yang sudah diamati.
Atau dalam kasus kita, kencan dengan 37% calon pasangan, tapi langsung ajak menikah 1 calon terbaik dari yang sudah pernah kita kencani.
Pengamatan ini mungkin bisa berarti dalam hal komunikasi, kecocokan emosi, stabilitas, dan hal hal lain yang merupakan kriteria penilaian
Misalkan kita punya 10 calon, dengan aturan 37%, untuk 3 atau 4 orang calon pertama, tidak perlu lanjut ke jenjang serius, tapi mulai dari calon ke 4 atau 5, pilih orang pertama yang lebih baik dari semua kandidat yang sudah dipelajari. Secara statistik, ini memberikan probabilitas tertinggi untuk mendapatkan calon terbaik.
37% pertama adalah fase mempelajari, mendefinisikan nilai, mengamati, benchmark, dan tidak ada komitmen.
Tapi perlu diingat, bahwa hal diatas adalah teori secara matematis, kondisi kehidupan sebenarnya tidak ada yang ideal. Dalam memilih pasangan hidup, kita tidak pernah tahu, berapa jumlah calon pasangan yang tersedia, sedangkan model diatas mengasumsikan bahwa kita sudah tahu jumlah calon pasangan.
Selain itu manusia bukan mesin yang mampu menilai secara pasti, terdapat faktor subjektif yang sangat mempengaruhi penilaian, sehingga fase pengamatan, bisa saja salah.
Tapi setidaknya, yang bisa dipelajari adalah cara untuk mengambil sebuah keputusan dengan latar belakang matematis.
Penerapan teori ini, tidak terbatas pada pemilihan pasangan, tapi banyak dipakai juga untuk pemilihan calon karyawan. Bahkan teori ini dinamakan setelah muncul permasalahan pada pemilihan sekretaris di sebuah perusahaan.
Bahwa segala permasalahan memilih, perlu diawali dengan pengamatan, kemudian setelah memahami permasalahan, baru dilanjutkan dengan pengambilan keputusan memilih.
Tidak perlu menunggu selamanya, teori tentang masalah memilih sekretaris, juga mempertimbangkan waktu kapan untuk berhenti mengamati.
Pelajari dulu, ambil keputusan kemudian.