Mengamati

Salah satu latihan untuk menulis adalah latihan memperhatikan dan mengamati sesuatu yang terjadi di sekitar.

Terlihat sederhana, tapi tidak semua orang bisa melakukan.

Semua penulis melatih dan mengasah skill ini dan membuat mereka bisa menulis.

Memperhatikan hal-hal sederhana yang terjadi di sekitar, dan mengamati kejadian-kejadian kemudian meluangkan waktu untuk memperhatikan bagaimana kita merespon sesuatu.

Bagaimana perasaan kita terhadap sesuatu dan kejadian, apa yang kita perhatikan adalah sesuatu yang membuat kita menjadi penulis.

Perhatikan apa saja, yang terjadi di sekitar kita, tidak perlu menilai, bagus jelek, pantas tidak pantas. Yang perlu dilatih adalah mengamati, memperhatikan dan memahami, bukan menilai atau menghakimi.

Perhatikan cara berpakaian, warna, pilihan model. Amati cara orang minum, berjalan, berbicara, berbahasa tubuh. Dengarkan bagaimana mereka berbicara, memilih kata, merangkai kalimat.

Bisa juga, jika berada di sebuah kedai kopi, perhatikan bagaimana barista melayani pengunjung, amati harumnya kopi yang disiapkan, dengarkan bunyi musik, atau suara mesin kopi.

Semua tanpa penilaian. Cukup catat atau tulis bagaimana kita merespon semuanya.

Jika berada di suatu tempat, catat apa yang terlihat di sekitar, dimana, apa, siapa. Biasanya dimulai dengan kalimat “Aku melihat….” atau “Aku berada di…”

Tulis perasaan-perasaan yang muncul ketika melihat, memperhatikan atau mengalami sesuatu. Tulis apa yang terasa, bisa dimulai dengan “Aku merasakan…”, “Aku pikir…”, “Sepertinya….”

Kemudian perhatikan lebih dalam hal-hal yang menarik, sesuatu yang menonjol, yang berbeda, seseorang, atau benda, mungkin sebuah cangkir yang berwarna hitam diantara cangkir putih. Kata pembukanya bisa “Aku memperhatikan…”, “Aku amati…”

Writing is noticing. Writing is thinking.

Begitulah kira-kira menurut penulis-penulis hebat.