Cobalah, buat daftar barang-barang yang ada di kamar.
Lalu urutkan dari yang paling tidak kita butuhkan, sampai yang paling kita butuhkan.
Kemudian buang barang-barang itu dimulai dari yang urutan teratas, sampai tersisa kira-kira 10 barang saja.
Akan ada dua hal yang terjadi.
Yang pertama adalah kita akan merasa kehilangan barang-barang yang sudah kita buang.
Yang kedua adalah kita akan lebih memperhatikan barang-barang yang tersisa.
Perhatian kita akan jadi lebih fokus kepada barang-barang itu.
Kita jadi lebih memperhatikan dan menghargai meja kursi yang tertinggal.
Mungkin kita jadi lebih banyak membaca buku yang tidak di buang, jika memang masuk dalam daftar barang yang kita butuhkan.
Atau jika ada mainan, mungkin akan muncul kenangan-kenangan masa kecil, saat terakhir kita bermain.
Jika sesuatu diambil dari kita, maka kita akan lebih bisa menghargai dan menjaga hal yang tersisa.
Tidak hanya karena itu nampak di mata kita, tapi ada nilai lebih berupa kenangan, atau apapun yang membuat nilainya muncul menjadi lebih tinggi.
Itu sebenarnya adalah esensi gaya hidup minimalis.
Gaya hidup minimalis berfokus pada hal yang penting untuk hidup.
Tujuannya adalah membuat hidup lebih bermakna, dengan cara mengurangi kepemilikan materi, tapi lebih memprioritaskan pengalaman dan hubungan sosial.
Tenaga, waktu dan pikiran, lebih banyak dialihkan untuk hal yang sangat penting seperti hubungan keluarga, kesehatan, dan pengalaman.
Bila memiliki banyak barang, biasanya perhatian kita lebih tersita pada memikiran cara merawat barang tersebut.
Bahkan mungkin tidak semua barang bisa masuk kedalam perhatian kita, ada barang-barang yang terlupakan.