Semua berawal dari mencontek

Berawal dari sebuah grup media sosial yang saya ikuti, kami membahas tentang seorang artis yang memegang hak paten teknologi yang menjadi awal teknolosi yang sekarang kita pakai.

Heddy Lamar, menemukan cara untuk memecah informasi, untuk keperluan militer, agar tidak bisa didengarkan oleh lawan. Teknologi ini dikenal sebagai FHSS, atau Frequency Hopping Spread Spectrum.

Saya membaca artikel tentang penemuan itu, dari sebuah majalah, pada saat masih duduk di bangku SMP. Kemudian saya mengambil idenya, dan membuat karya untuk mengikuti sebuah lomba karya ilmiah remaja.

“Saya cuma nyontek saja”, jawab saya ketika teman saya memuji
“Tidak ada yang baru di bawah matahari”, jawabnya.

Memang tidak ada yang baru saat ini. Semua penulis buku, penemu, pelukis, penulis lagi, artis adalah tukang contek. Mereka banyak mengambil ide-ide dari karya orang lain. Kemudian mencampur-campurkannya, menggabungkan dengan ide-ide lain.

Setelah jadi, kita semua menyebutnya asli.

Tidak salah untuk mencontoh karya orang lain, hanya saja sebagian besar orang terlalu takut untuk melakukannya.

Sebagian besar lagi, bertahan dengan berusaha membuat karya yang 100% asli.

Proses kreatif tidak bekerja dengan ide ide asli, semua adalah gabungan atau modifikasi ide-ide yang sudah ada.

Prosesnya selalu di awali dengan melihat atau mengkonsumsi karya orang laing. Kemudian, mengambil ide-ide tersebut. Lalu menggabungkan, mencampur, dan ini disebut proses kreatif. Proses-proses ini adalah yang disebut karya asli.

Kebanyakan orang menjalani proses tersebut dengan urutan terbalik.

Mereka terobsesi dengan mencoba membuat karya asli, tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Lalu karya itu di tinggalkan begitu saja tanpa berproses lagi.

Akhirnya tidak ada karya yang dihasilkan.