Tiago Forte, penulis buku Building A Second Brain, menuliskan tentang metode untuk mengorganisasi pengetahuan agar kita bisa lebih mudah memanfaatkannya.
Salah satunya adalah tentang membuat catatan dari materi-materi yang kita konsumsi. Bisa berupa buku, artikel, video, podcast, hasil meeting, dan lain-lain.
Saya tidak hendak membahas bukunya, tapi lebih fokus kepada cara yang di tunjukan oleh Tiago untuk membuat catatan.
Cara yang di tunjukan, sebenarnya sama dengan cara yang saya pakai sebelumnya. Tapi Tiago lebih spesifik dan bisa menuliskan dalam kata-kata jelas, sehingga lebih mudah untuk di ikuti.
Menurut Tiago, catatan lebih sering dibuat tanpa ada sistem yang jelas. Kadang-kadang dibuat terlalu rumit, sehingga akan menyebabkan kesulitan, dan esensi catatan menjadi hilang.
Membuat catatan dan mengorganisasi menjadi pengetahuan, tidak harus rumit, malah seharusnya sederhana, karena tujuan mencatat itu sendiri adalah menyederhanakan hal yang rumit dan kompleks, dari bacaan buku, artiel, menjadi tulisan sederhana yang berguna untuk kita.
Untuk itu, Tiago menawarkan sistem atau kerangka bekerja untuk mencatat dan mengorganisasi pengetahuan dari konten-konten yang kita konsumsi. Tiago menyebutnya sebagai Progressive Summarization Technique. Saya kurang paham terjemahan istilahnya dalam bahasa Indonesia, tapi kira-kira adalah cara membuat ringkasan secara progresif.
Sebagai catatan, tulisan ini adalah pengalaman pribadi saya, menerapkan sistem yang di tuliskan Tiago Forte. Dan cara ini efektif dan mudah digunakan pada materi-materi digital, berupa ebook, website, blog dan untuk pada aplikasi note-taking, seperti one note, keep, evernote, notion, obsidian, logseq, dan sebagainya. Saya sendiri menggunakan obsidian.
Secara sederhana, cara ini adalah mencari intisari dari materi-materi yang kita konsumsi.
Caranya bisa di lakukan dalam beberapa langkah
Menyimpan dan membuat catatan kasar
Ketika kita membaca buku, artikel, catatan meeting, atau video. Segera save pada aplikasi note-taking. Untuk video, cukup simpan saja link-nya.
Simpan hal-hal yang menarik, menimbulkan penasaran, menimbulkan pertanyaan, atau apapun yang beresonansi dengan pikiran.
Simpan saja, dengan menyertakan judul asli, atau link ke sumber asli. Dalam tahap ini tidak ada pengolahan lebih lanjut.
Saya memasukan materi yang saya dalam folder tersendiri dengan nama ‘Asli’. Saya membuat nama file agar memuat tanggal dan judul. (yyyy-mm-dd–judulartikel) ini supaya saya bisa lebih mudah untuk mengetahui kapan artikel tersebut di save.
Highlight materi
Langkah berikutnya adalah membaca ulang, dan melakukan highlight, atau memilih bagian-bagian penting, berupa paragraf, kalimat.
Lakukan highlight, hal-hal yang terasa penting. Fokus pada ide-ide utama paragraf dan kalimat.
Tujuan utamanya adalah, bila kita membaca lagi, tidak perlu membuka sumber asalnya. Cukup membaca ulang hasil highlight.
Setelah tahap ini, highlight akan saya export kedalam sebuah file, dan saya masukan kedalam folder dengan nama ‘Inbox’
Untuk file asli yang ada di tahap sebelumnya, biasanya langsung saya pindahkan ke dalam subfolder ‘Asli/Proses’, supaya tidak memenuhi folder utamanya.
Di obsidian, bisa juga di tandai dengan membuat status, tapi saya lebih suka bila foldernya bersih
Highlight tahap kedua,
Tahap berikutnya adalah fokus untuk mencari intisari dari proses yang di lakukan di tahap kedua. Artinya mencari kata kunci atau pokok pikiran terpenting dari highlight. Tidak semua konsep perlu di catat. Pilih yang terpenting saja, pilih yang kita belum mengerti, pilih yang paling berkesan.
Pisahkan kata kunci, pisahkan pokok pikiran, buat paragraf menjadi satu kalimat saja. Pisahkan komponen-komponen atau ide-ide yang di sampaikan penulis. Buang bagian-bagian yang tidak penting.
Seperti sebuah sebuah burger, pisahkan roti, selada, keju, tomat, daging dan acar.
Saya akan memindahkan file, bukan menyalin, yang saya olah dari tahap kedua ke tahap ketiga kedalam folder lain, saya beri nama ‘referensi’.
Ditahap ini kita masih menggunakan pemikiran dan ide penulis aslinya.
Membuat ringkasan
Tahap ini merupakan tahap terpenting, yaitu membuat ringkasan pendek, atau menulis ulang dengan pemikiran kita sendiri hasil olahan di tahap ke tiga.
Dalam tahap ini masing-masing pokok pikiran yang sudah terpisah akan saya tulis ulang dengan pemikiran saya sendiri. Dalam meringkas, kadang-kadang saya buat dalam bentuk pertanyaan.
Seperti contoh di atas, saya pisahkan roti, daging, keju dan sayuran kedalam file-file tersendiri.
Satu file merupakan pendapat dan pikiran saya mengenai bagian-bagian tulisan tersebut.
Ringkasan ini saya buat kedalam folder tersendiri, saya namakan ‘catatan’. Dengan format penamaan file tanggal dan pokok pikiran, tidak masalah menjadi panjang, yang penting saya langsung mengerti bahwa file tersebut berisi pokok pikiran.
2025-02-02–Roti burger yang terbuat dari gandum lebih enak
2025-02-02–Daging harus di panasi bolak balik agar merata
Tidak lupa pada file tersebut akan saya letakan tag/hashtag yang memuat kata kunci dari pokok pikiran.
Membuat menjadi konten
Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting, adalah merangkai dan menghubungkan ringkasan-ringkasan yang kita buat, untuk menjadi sesuatu yang berguna. Merangkainya menjadi sebuah konten baru, yang merupakan hasil pemikiran kita.
Saya membuat folder khusus untuk ini, saya beri nama ‘tulisan’
Ini merupakan bagian dari tiga tahap pengetahuan, Remembering Connecting Creating.
Tiago Forte menjabarkan teknik untuk membuat catatan dan manajemen pengetahuan pribadi agar mudah diikuti. Setiap tahapan-tahapannya dibuat agar tidak terlalu sulit di ikut.
Tahapan-tapahan yang dijelaskan, sangat mudah bila di lakukan di media digital, mungkin perlu penyesuaian bila melakukan highlight di buku biasa, kemudian dipindahkan kedalam file.
Tahap terakhir sebelum membuat konten, mempunyai kesamaan dengan teknik mencatat lain seperti atomik, atau zettelkasten.
Para pembuat catatan atau note-taker veteran, mereka sudah bisa melewati tahap 1-2, biasanya mereka sudah langsung membuat catatan di tahap 3 dan 4.