Teknik membaca cepat, yang saya sendiri tidak terlalu suka

Membaca buat saya adalah hobi, hobi yang selalu saya nikmati. Saya tidak suka terburu2 membaca sesuatu. Semuanya saya nikmati. Bahkan kadang-kadang saya sampai membayangkan, bagaimana penulis buku mendapatkan pemikirannya dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Saya selalu kepikiran, bagaimana Rafles mengamati cara hidup orang Jawa, atau apakah Pram juga benar-benar berjalan menyusuri kota-kota sepanjang jalan Anyer Panarukan, atau apakah Tom Clancy itu seorang agen rahasia.

Beberapa orang mempunyai kemampuan membaca yang menurut saya mengagumkan. Mereka bisa membaca 1-2 buku dalam satu hari. Entah apakah mereka mengerti dan bisa mengingat buku yang di baca, saya tidak tahu.

Saya selalu percaya, sekecil apapun, sesedikit apapun yang kita baca, akan mempengaruhi pikiran.

Kadang-kadang sekali waktu perlu juga untuk bisa membaca cepat. Ini saya lakukan kalau misalkan saya merasa isi buku akan sama dengan buku-buku sebelumnya. Atau saya sudah pernah membaca buku itu, tapi ingin mencari hal yang terlewatkan.

Ada banyak teknik untuk membaca cepat, bahkan ada teknik membaca sangat cepat, yang saya sendiri tidak paham cara menerapkannya. Prinsipnya adalah memperlakukan buku sebagai sebuah gambar, kemudian kita memotret dengan mata kita. Dasar pemikirannya, manusia lebih mudah mengingat lukisan atau gambar daripada tulisan.

Walaupun menurut saya, membaca adalah proses linier menghubungkan huruf dan kata, sedangkan melihat gambar atau lukisan adalah proses simultan, mengolah warna, bentuk, tekstur. Membaca melibatkan kemampuan kognitif, sedang melihat gambar melibatkan kemampuan emosional.

Mungkin pemikiran saya ini yang membuat saya tidak mengerti cara membaca sangat cepat. Walaupun saya tahu ada orang-orang yang punya kemampuan ingatan fotografi.

Saya pernah melihat video tentang anak-anak sekolah yang di ajarkan cara membaca cepat, hanya dengan membuka sedikit halaman buku dari awal sampai akhir. Yang menurut saya sangat tidak masuk akal, tapi mungkin benar ada orang yang bisa seperti itu.

Pernah dengar cerita tentang Gus Dur yang membaca buku cukup dengan duduk, memegang bukunya, lalu kemudian tidur, dan bangun sudah hafal semua isi bukunya ? Saya sendiri juga tidak paham apakah itu benar atau tidak.

Tapi apapun caranya, yang penting adalah kita membaca buku. Yang saya tulis di bawah ini adalah teknik membaca cepat yang saya lakukan dalam keadaan tertentu saja. Seperti judulnya, saya tidak terlalu suka cara seperti ini untuk membaca buku.

Langkah pertama adalah membaca tanpa monolog. Monolog adalah suara-suara yang kita suarakan di mulut atau di kepala. Saat masih belajar membaca, kita di biasakan untuk membaca dengan suara keras. Saat dewasa kita membaca dengan bersuara di kepala. Langkah ini sangat penting tapi sangat sulit untuk dilakukan. Yang saya lakukan tidak seluruhnya mematikan monolog di kepala, tapi saya mempercepat 2-3 kali suara di kepala, secara otomatis akan mempercepat proses baca.

Langkah kedua adalah mencari kata-kata penting dalam sebuah kalimat. Ini menurut saya sangat gampang dilakukan. Otak manusia sangat terlatih untuk ini. Prinsip dasarnya sama seperti melengkapi huruf hilang dalam satu kata atau kalimat.

“Gls adl alt utk mnm, sdg pirng adl alt utk mkn”, “Gelas adalah alat untuk minum, sedang piring adalah alat untuk makan”

Prinsipnya sama, tapi berkebalikan, kita menghilangkan huruf atau kata yang tidak penting dalam konteks kalimat.

Contoh berikut saya ambil dari potongan buku Gadis Kretek oleh Ratih Kumala, semoga tidak melanggar hak cipta.

Romo sekarat: Berhari-hari dia mengigau-igau sebuah nama: jeng Yah.

Nama itu kontan membangunkan hantu masa lalu yang aku tak pernah tahu pernah ada. Hantu yang dikubur rapat-rapat oleh ibuku bertahun-tahun silam. Satu sisi kepribadian Ibu yang tak pernah kutahu sebelumnya tiba-tiba muncul ke permukaan wajahnya: ibuku bisa cemburu. Ya, perempuan yang usianya tak lagi muda itu, seraya cemburu buta. Dan betapa menakutkannya Ibu kala dia sedang cemburu, seolah-olah ia mampu menerkam apa pun, siapa pun, di mana pun, kapan pun. Seolah-olah ia bisa menelan bulat-bulat segala hal yang membuatnya kesal.

Gadis Kretek – Ratih Kumala

Yang saya baca dengan cepat :

romo ngigau jeng yah
bangunkan hantu masa lalu
di kubur rapat ibuku bertahun silam
satu pribadi ibu tak ku tahu sebelumnya
ibu cemburu
usia tak muda cemburu buta
menakutkan menerkam apa siapa mana kapan
telan bulat-bulat segala buat kesal

Biasanya saya hanya mencari kata-kata penting saja dalam satu kalimat, tidak semua perlu dibaca. Gunakan imajinasi, dan kemampuan pikiran untuk melengkapi kata atau kalimat.

Kata ganti, kata depan, kata hubung, kata sandang, biasanya saya lewati. Kadang-kadang sebuah kata hanya saya cari kata dasarnya saja.

Cara ini efektif untuk membaca cepat buku fiksi dan non fiksi. Justru untuk buku non fiksi, lebih efektif, karena biasanya kalimat-kalimatnya ditulis dengan lugas, langsung dan sederhana.

Teknik membaca di atas cocok di terapkan pada buku fiksi dan non fiksi, tapi teknik setelah ini lebih efektif untuk membaca buku-buku non fiksi

Caranya adalah membaca kalimat awal dan akhir dalam sebuah paragraf. Untuk paragraf panjang, saya biasa membaca awal tengah dan akhir.

Langkah ini menuntut kita memakai logika berpikir. Kita tidak pernah tahu dimana penulis meletakan inti pemikirannya di sebuah paragraf.

Apabila awal dan akhir tidak terasa menyambung, perlu dilakukan iterasi lagi. Saya mencara secara acak, setengah, seperempat, tigaperempat kalimat, sampai maksud penulis kita pahami.

Setelah menemukan maksudnya, berikutnya adalah menghubungkan paragraf dengan konteks pada judul bab. Judul bab adalah pemikiran penulis secara umum.

Penulis juga berpikir secara hirarkis, Bab, Sub-Bab, Paragraf, Kalimat. Pendekatan yang saya lakukan adalah dari bawah ke atas. Kalimat merupakan penjabaran dari paragraf, paragraf merupakan penjabaran dari sub bab, dan sub bab adalah penjabaran dari Bab.

Bila sudah menemukan pokok pikiran sebuah Bab, saya langsung pindah ke bab berikutnya.

Selain melewati bab, saya melewati buku-buku yang membahas hal yang sama. Cukup dengan membaca sekilas, daftar isi, memilih beberapa bab, membaca sekilas.

Tidak semua buku perlu kita baca dengan detail. Pembahasan tentang teori relativitas einstein akan sama pada semua buku. hanya mungkin sudut pandangnya saja sedikit berbeda, tapi pokok pikirannya sama, sama dengan sewaktu einsten menuliskan teorinya.

Teknik membaca ini, kita perlu memahami konteks dengan baik. Sebelumnya kita sudah harus mempunyai pengetahuan tentang pokok bahasan buku, dan menghubungkan antara yang sudah kita ketahui dan apa yang sampaikan penulis buku.

Tidak perlu membaca ulang apa yang sudah kita ketahui.

Cara-cara di atas saya pakai dalam kondisi tertentu. Tidak selalu saya pakai dalam membaca buku. Prinsip saya, membaca buku adalah suatu yang harus di nikmati, menikmati tulisan, berimajinasi dengan pemikiran penulis. Bukan jumlahnya, tapi bagaimana proses menikmatinya.