Terlambat memulai blog

Beberapa tahun yang lalu komunitas internet mengira era blog sudah berakhir.

Konsumsi konten internet bergeser dari tulisan menjadi bentuk visual.
Semua mengarah ke visual, entah gambar diam atau bergerak, panjang atau pendek.

Tapi ternyata asumsi itu sekarang keliru. Internet sudah mulai berubah.

Bertahun lamanya, internet dikendalikan oleh Google, konten-konten dibuat untuk algoritma Google.

Konten dibuat dengan SEO, dioptimasi SEO, ditulis untuk SEO, semua bertujuan agar tampil di halaman satu pencarian Google.

Tulisan hanya dibuat untuk mesin, untuk memuaskan algoritma, bukan untuk manusia yang mengkonsumsi konten.

Konten yang tidak sesuai dengan aturan Google, tidak akan mendapatkan tempat. Penalised. Kena penalti. Begitu istilahnya di orang-orang SEO.

Belakangan kejayaan mesin pencari Google, sudah mulai menurun. Orang lebih suka mencari dan bertanya kepada model bahasa besar kecerdasan buatan (Large Language Model).

Dan sama seperti sebelumnya, konten yang di hasilkan model bahasa besar kecerdasan buatan membanjiri internet.

Tapi sekarang, sudah ada tren untuk kembali ke masa sebelum SEO dan AI.

Komunitas internet sudah mulai jenuh dengan konten yang dibuat untuk mesin pencari.
Sudah mulai bosan dengan konten buatan AI yang dangkal, robotik, metalik dan artifisial.

Bahkan sudah muncul sentimentil terhadap konten-konten yang dibuat oleh AI. Konten-konten buatan model bahasa AI, dianggap konten kelas 2.

Memang konten buatan AI, sangat mudah dan cepat dihasilkan, tapi kualitasnya sangat memprihatinkan.

Saat ini mulai bermunculan lagi blog yang benar-benar di tulis oleh manusia, dan untuk di konsumsi oleh manusia pula.

Era blogging belum berakhir, hanya sempat tertidur beberapa saat kemarin.

Sekarang blog sudah bukan untuk SEO lagi, bukan untuk algoritma, tapi kembali untuk manusia.

Blogging sekarang adalah tentang memiliki aset. Aset pengetahuan, aset ide, aset karya.

Tempat untuk membagikan pengetahuan, ide, pemikiran, karya dan penghubung antar manusia.

Blog sebagai tempat mengekpresikan diri. Meninggalkan jejak digital untuk orang lain.

Penghubung antara manusia-manusia yang sudah bosan dengan tulisan dangkal buatan AI, bosan dengan konten yang dibuat untuk algoritma.

Manusia-manusia yang menginginkan cerita asli, pengetahuan asli, suara asli, pemikiran manusia, insight dari manusia.

Youtube, Instagram, Tiktok, adalah sebuah tempat di Internet. Tempat yang punya peraturan, dan kita dituntut untuk menuruti peraturan tersebut bila ingin eksis di sana.

Peraturan yang disebut algoritma.

Mereka bisa merubah peraturan dalam sekejap. Sebuah konten dengan jutaan penonton, akan sekejap berubah menjadi nol, ketika algoritma memutuskan konten lain lebih bagus.

Tapi blog berbeda, semua kendali ada pada kita.
Blog adalah rumah kita, tempat menaruh ide, gagasan, pemikiran, karya, perpustakaan, warisan.
Blog adalah etalase kita, tempat menunjukan eksistensi.
Blog adalah portfolio.

Tunjukan blog, ketika melamar pekerjaan, atau ketika melakukan pitching proyek,.
Share link halaman posting, ketika bertemu teman, berdiskusi.

Tidak perlu ranking di Google.
Tidak perlu menjadi penulis profesional, cukup posting pikiran, gagasan dan karya.
Tidak perlu SEO, hanya perlu konsisten.
Tidak perlu posting setiap hari, satu minggu, atau dua minggu sekali cukup.
Tidak perlu ijin untuk memposting.

Tidak pernah terlambat untuk memulai.
Justru yang menakutkan adalah tidak melakukan apa-apa.